Senin

KTT G 20 dan Kepentingan Indonesia

Jakarta - Baru saja pertemuan KTT G-20 di Toronto Kanada berakhir dengan kesepakatan berupa berupa percepatan pengurangan defisit dan hutang di antara pada anggota G-20. Bahkan, arah kesepakatan berupa pengurangan defisit hingga setengahnya mulai disepakati sehingga tahun 2013. Beberapa kesepakatan di atas mengerucut kepada satu tujuan yaitu mengurangi risiko kegoncangan perekonomian dan percepatan pemulihan perekonomian dunia.

Arogansi Negara Maju
Tema yang diangkat dalam KTT itu cukup menggelitik untuk digarisbawahi, yakni "Framework for strong, Sustainable, and Balance Growth". Judul itu seakan menjadi jargon dan ajakan kepada dunia bahwa G-20 komit dan bertekad menginisiasi dan menciptakan stabilitas global. Namun demikian ada suatu prejudice pembentukan dan aksi negara G-20 ini sekedar merupakan langkah berlindung, penyelamatan, dan ketakutan akan pudarnya pengaruh dan hegemoni negara maju dalam percaturan ekonomi dunia.

Indikasi itu terungkap pada perkembangan fundamental ekonomi beberapa negara maju belakangan ini. Beberapa fakta menyeruak bahwa proporsi hutang Negara maju meningkat sangat spektakuler dalam 10 tahun terakhir. Survey oleh McKinsey Global Institute mengungkap bahwa rata-rata total hutang, baik swasta maupun negeri di 10 negara maju, seperti Jepang, Amerika, Inggris, Korea Selatan, Spanyol, Swiss, Itali, Prancis, Jerman, dan China mengalami kenaikan dari 200% GDP menjadi 300% pada tahun 2008.

Kondisi ini menimbulkan kekahwatiran negara tersebut akan memicu kelesuan dan instabilitas ekonomi akibat tertopangnya pondasi ekonomi pada hutang. Realita kelesuan ekonomi Negara-negara maju mulai tampak yang ditandai oleh menurunnya kapasitas perekonomian dalam menyerap permintaan pinjaman sektor publik.

Bahkan, berdasarkan penelitian oleh Leigh Skene of Lombard Street menyebutkan bahwa setiap penambahan dolar hutang akan mendorong kelesuan, dan penurunan tingkat pertumbuhan. Pengalaman krisis Yunani baru-baru ini membuktikan sisi gelap meletuskan lonjakan hutang menuju lubang krisis.

Kontroversi Pembentukan G-20
Menyimak kenyataan bahwa G-20 terindikasi sebagai langkah penyelamatan ekonomi negara maju maka inisiasi pembentukan G-20 perlu sedikit dielaborasi. Pembentukan G-20 mengundang kontroversi dan protes. Beberapa pendemo menyangka bahwa pembentukan G-20 sebagai upaya dalam merancang terbentuknya "Tata Dunia Baru" di mana periode pencapaian suatu perubahan arah kebijakan dan kekuatan dunia.

Selain itu, Menteri Keuangan Norwegia, Jonas Gahr Store menyebutkan bahwa G-20 merupakan salah satu langkah mundur dari setelah Perang Dunia II. Hal ini karena karakteristik anggota G-20 adalah "self-appointment group". Mekanisme ini dianggap sewenang-wenang dan tidak demokratis sebab didasarkan pada kepentingan megara besar dan maju.

Di balik itu semua, niat mulia G-20 adalah sebagai forum konsultasi dan kerja sama dalam meningkatkan stabilitas keuangan internasional, dan menakar isu melebihi tanggung jawab organisasi yang ada saat ini. Keterlibatan yang tinggi pada kebijakan dunia, tak lepas dari komposisi Negara G-20 di dalam kue perekonomian dunia.

Secara kolektif, ekonomi G-20 tersusun dari 85% dari GDP dunia, 80% perdagangan dunia, dan dua pertiga populasi dunia. Kasat mata, G-20 merupakan pasar dan wadah yang propek untuk meningkatkan kapasitas ekonomi anggota yang masih tergolong negara sedang berkembang seperti Indonesia.

Keuntungan Bagi Indonesia
Partisipasi aktif Indonesia pada setiap pertemuan G-20 memiliki daya ungkit yang besar. Khususnya bagi peningkatan kapasitas ekonomi domestik. Manfaat bagi Indonesia, dapat ditinjau dari perspektif perdagangan dan stabilitas nilai tukar serta aliran investasi. Manfaat ini secara otomatis akan didapat berdasar pada proses pembentukan G-20 sendiri.

Anggota G-20 semua bersepakat bahwa negara G-20 dapat menjamin sustainabilitas dan effektivitas mesin ekonominya. Didukung dengan kapasitas politik dan mesin ekonomi raksasa maka langkah dan implementasi kebijakan ekonomi akan disambut positif. Terutama di kalangan anggota. Indonesia dapat memanfaatkan ini dengan secara intens melakukan dialog mengenai peta perdagangan dan identifikasi daya saing ekspor.

Selain itu, seruan Indonesia untuk bersama-sama menjaga stabilitas mata uang dunia, dengan sendirinya kredibitas rupiah akan terjaga. Serta yang terpenting adalah sokongan politik G20 memberikan ruang gerak yang lebih besar bagi Indonesia untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat luar negeri akan perkembangan ekonomi Indonesia masa depan yang menjanjikan sehingga dapat mengundang investasi asing langsung (FDI) dan investasi portofolio modal.

Tampaknya, pelebaran sayap Indonesia melalui G-20 sudah mulai terlihat dengan lawatan presiden SBY ke Turki, Saudi Arabia, yang diikuti dengan penandatangan MoU kerja sama ekonomi sepulang KTT G-20 Toronto. Pendeknya, bagi Indonesia, G-20 semacam amunisi ampuh untuk mengalihkan dan mengarahkan sumber daya global untuk dapat dimanfaatkan secara lebih optimal dan bermanfaat akhirnya bagi kepentingan ekonomi rakyat.

Peran Indonesia ke Depan
Indonesia telah ditahbiskan sebagai satu di antara 20 negara prestisius di dunia pada abad ini. Kesempatan langka dan mahal ini diupayakan dapat digunakan sebagai ajang bermain peran dan adegan kolaboratis yang elegan. Beberapa rancangan dan peran yang didapat dan diberikan Indonesia di antaranya:

(1) mendorong efektivitas perdagangan di antara anggota dengan penurunan tarif dan kouta impor di antara anggota,
(2) terus mendorong komitmen Negara anggota untuk menjaga rasio hutang pada level 30% GDP, dan,
(3) terus mendorong effective surveliance mechanism dalam upaya menjaga stabilitas mata uang dunia dalam jangka menengah dan panjang.

Demikian, Indonesia dapat sebagai inisiator dan wasit dengan pertimbangan Indonesia adalah negara yang telah dan berpengalaman serta pernah terlibat dalam ketiga poin di atas. Akhirnya, masyarakat Indonesia menunggu buah manis penggabungan Indonesia ke G-20, dan seberapa besar dapat dirasakan oleh rakyat kecil dan masyarakat pedesaan, serta keseluruhan rakyat.

Selamat berkarya buat Indonesia pada pentas G-20. Semoga negara kita semakian maju dan sejahtera.

Dimas Bagus Wiranata Kusuma
Kandidat Master of Economics International Islamic University Malaysia (IIUM)
Pengamat Ekonomi dan Direktur Humas Islamic Economic Forum for Indonesian Development (ISEFID) Kuala Lumpur
dimas_economist@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar